My Life, My Adventure

Masa-masa itu ada di sini...Hidup Q yang berwarna ada di sini...Terima Kasih, Teman...

Me...

Memory...

Sabtu, 14 Mei 2011

Mall VS Forest

Salah satu kegiatan yang sebenarnya saya senangi adalah jalan-jalan. Apapun jenis jalan-jalannya. Baik yang mewah, agak mewah sampai jalan-jalan yang "kere". Apalagi yang namanya jalan-jalan masuk keluar hutan. Selain menyehatkan paru-paru, menguatkan segala jenis otot juga ada tempat-tempat menarik yang bisa dijadikan spot-spot buat memuaskan hasrat manusia narsis seperti saya. Pokoknya jalan-jalan ke hutan itu lebih menyenangkan daripada jalan-jalan ke yang namanya M A L L.

Saya nggak terlalu suka jalan-jalan ke dalam gdung perbelanjaan ini. Memang hawanya lebih nyaman, tempatnya bersih, terang benderang, barang-barang berkilau di kiri kanan, banyak yang bisa dilihat (termasuk pria-pria tampan yang bertebaran di seluruh penjuru mall). Seharusnya saya menyukai hal yang seperti ini. Tapi, justru sebaliknya. Saya justru kurang suka kalu jalan-jalan ke mall nggak ada tujuan apa-apa. Paling nggak masuk akal mutar-mutar di mall, dari lantai 1 ke lantai paling atas balik lagi ke bawahnya, keluar masuk toko baju, sepatu aksesoris, nyobain segala jenis parfum. Akh, rasany nggak kerjaan kegiatan kayak gitu. Kalau standar makan saja masih nggak masalah, ini kalau sampai ngubek-ngubek mall buat yang nggak perlu atau parahnya nongkrong buat tebar pesoan ama lawan jenis, cuma buang tenaga plus duit aja.

Saya pernah jalan-jalan ke salah satu mall terbesar di kota Medan. Karena saya juga belum pernah ke sana, jadilah saya ke sana, rencananya juga mau cari buku. Dari semua mall yang pernah saya singgahi, ini mall yang paling luas dan besar yang pernah saya datangi. Saking besarnya, dan kebetulan teman seperjalan saya punya tenaga kuda dalam hal belanja jadilah kaki saya pegal-pegal dan cenat-cenut nggak karuan, saking capeknya nemenin teman saya yang satu ini buat nyari suit case. Ampun lah pokoknya. 

Kalau saya bandingkan dengan acara jalan-jalan saya di hutan atau tempat wisata lainnya, jalan-jalan ke mall ini lelahnya melebihi segalanya. Selain lelah fisik, lelah "mental" juga lebih terasa. Harga barang-barang yang dibandrol di sana rata-rata di atas 150.000 sampai jutaan. Bayangkan harga segitu buat satu kemeja, sepasang sepatu yang hanya dipijak-pijak, itupun nggak bisa digunakan tiap saat sebanding dengan harga satu buah handphone baru. Bagi saya yang masih mahasiswa jelas saja nggak masuk akal. Ya, kalau orang tua saya multimilyuner atau jutawan, hal seperti itu kecil, tinggal gesek kartu kredit barang-barang mahal tersebut berpindah tangan.

Well, apapun katanya saya lebih suka jalan-jalan di alam terbuka. Selain lebih menarik dan menyehatkan, hati dan pikiran juga tetap sehat (^_^).

Kamis, 02 Desember 2010

Jalan-jalan ke Tjong A Fie Mansion

Profil Tjong A Fie
          Tjong A Fie lahir pada tahun 1860 di Desa Sung Kow, Canton, Cina. Beliau memiliki 3 orang istri dan 10 orang anak. Istri beliau yang pertama berkebangsaan Cina dan tidak memiliki anak. Hal ini menyebabkan Tjong A Fie akhirnya menikah lagi dengan seorang wanita berkebangsaan Pineng. Dari istrinya yang kedua ini, beliau dianugrahi 3 orang anak. Pada tahun 1877, Tjong A Fie meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke Sumatera Utara, Indonesia. Di sini beliau menikah lagi dengan seorang gadis peranakan Cina yang berasal dari Binjai dan diakruniai 7 orang putra dan putri.
         Tjong Afie adalah pria berkebangsaan Cina pertaman di SumateraUtara yang diberi kesempatan oleh Pemerintah Kolonial Belanda menjadi seorang Gubernur yang bertugas menangani masalah sosial tentang etnis Cina di Sumatera Utara. Beliau mendedikasikan dirinya untuk kaum Cina yang ada di Medan. Tjong A Fie adalah sosok yang tidak memilih dalam menajalin hubungan sosial dengan suku manapun. Hal ini terbukti dengan hubungan pertemanan beliau dengan Sultan Deli yang berasala dari etnis Melayu. Beliau juga menjalin hubungan sosial dengan masyarakat Eropa yang berada di Medan saat itu. Karena kerendahan hati dan jiwa sosialnya yang tinggi, Tjong A Fie semakin dikenal dan dihormati di Medan saat itu. Namanya juga tersohor sampai di luar Sumatera Utara sendiri.
          Atas usaha dan kerja keras beliau dan kakak Tjong Yong Hian, beliau berdua bekerja sama untuk membangun sebuah perusahaan kereta api The Chow-Chow & Swatow Railyway Co.Ltd. di daerah Tiongkok Selatan yang menghubungkan kedua kota tersebut. Hasil dari kerja keras beliau dan kakanya maka pihak kerajaan memberikan penghargaan kepada belaiu berdua yaitu gambar wajah mereka dijadikan sebagai salah satu mata uang Cina saai itu.
Tjong A Fie meninggal dunia di usianya yang ke 61 tahun, tepatnya pada tanggal 4 Februari 1921 akibat stroke. Rumah yang beliau dan keluarganya tempati yang terletak di Jl. Jend. A. Yani. No. 105, Medan akhirnya dijadikan suatu museum kecil sebagai salah satu objek wisata kota Medan.

Senin, 22 November 2010

Burung-burung Kertas Part 1

Kamar Rumah Sakit, 12 November
            Hidupku mulai dihitung mundur. Kata dokter aku terkena leukemia. Kanker darah yang tak pernah aku ketahui dan sekarang sudah stadium empat. Aku nggak pernah menyangka kalau hidupku di dunia ini bakalan berakhir sebentar lagi. Aku nggak tau kapan dan dokter bisa saja menerka-nerka. Mudah-mudahan aku punya sedikit waktu lagi untuk melakukan yang belum pernah kulakukan. Ada begitu banyak hal-hal yang sudah aku ajukan dalam proposal hidupku untuk Tuhan, namun nampaknya Ia hanya menerima sebagian saja. Tuhan mungkin sayang banget ama aku. Sampai-sampai Dia cepat-cepat ingin bertemu langsung denganku, walaupun konsekuensinya aku harus rela ninggalin semuanya di sini. Mama, Papa dan sahabatku Bian. Dan aku belum ngasih tau Bian tentang sakitku ini. Aku nggak mau dia jadi kasihan sama aku.
            Dan aku terus-terusan mimisan. Sepertinya hidung ini senang mengeluarkan darah. Aku benci menelan semua obat-obatan yang sebesar kelereng ini. Udah obatnya besar, banyak lagi. Benar-benar nggak enak. Disini sepi, sepi banget. Aku kangen rumah.
***
” Pelangi, ayo buat burung-burung kertas yang ini. Bagus kayaknya.”. Bian mengacung-acungkan majalah yang dibacanya di depan mataku.
”Buat apaan sih buat gituan?. Cape tau.” Kataku sambil membaringkan badan di tempat tidurku yang nyaman. Pusing di kepalaku kumat lagi.
”Menurut artikel ini, dengan membuat seribu burung-burung kertas ini, permintaan kita akan terkabul. Kamu nggak ada permintaan” tanya Bian berusaha membujukku.
”Apa iya?. Semuanya?. Bahkan permintaan untuk memperpanjang hidup juga bisa dikabulkan?”
”Panjang umur maksudmu?. Mungkin juga.”
”Serius bisa?”
”Nggak tau, Pelangi. Artikel ini hanya bilang kalau kita bisa ngebuat burung-burung kertas itu sampai seribu, permintaan kita bisa terkabul. Itu juga menurut kepercayaan orang-orang Jepang. Kenapa sih?. Kok tiba-tiba antusias banget. Memangnya kau mau minta apa?” tanya Bian penuh selidik.
”Waktu” jawabku singkat. Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Rintik-rintik hujan mulai jatuh mencium bumi.
”Waktu?. Aku nggak ngerti. Kau mau minta waktu. Seperti orang mau mati saja” jawab Bian sambil mengusap-usap kepalaku. Aku memandang sahabatku ini sejenak. Aku memang butuh waktu, Bian. Sangat membutuhkannya, karena waktu yang kupunya sebentar lagi akan habis dan aku tidak bisa melihatmu lagi.
”Eh, kenapa jadi murung?. Wah, hujan. Seru nih. Main hujan yuk.” Katanya sambil menarik tanganku keluar.
            Aku tau, aku tak boleh main hujan. Kesehatanku bisa ambruk dan bisa fatal. Tapi aku ingin. Waktuku yang hanya tinggal sebentar lagi dan aku ingin melakukan hal-hal yang bisa membuatku paling tidak dapat tersenyum dan tidak memikirkan kapan waktuku habis. Mungkin sebentar lagi aku sudak tidak bisa menikmati tetes air hujan ini, berteriak-teriak kegirangan layaknya anak-anak lain yang masih sehat. Suatu saat nanti aku hanya bisa memandang dari atas sana,  memperhatikan Bian dan teman-temannya bermain air seperti saat ini. aku akan sangat merindukan saat-saat seperti ini.

Selasa, 14 September 2010

Lake Toba On Vacation,Part 1

            Kali ini, perjalanan dilanjutkan ke Danau Toba. Bersama dengan enam manusia-manusia yang sedikit "sakit" baik jiwa dan raga nya (^_^), perjalanan dan liburan selama kurang lebih 4 hari berlangsung luar biasa seru. Tujuan kali ini adalah Simanindo, Pulau Samosir. Karena berhubung dana yang dikumpulkan juga minim (Rp.150 ribu, utk 4 hari...hahahahha...gini deh jalan-jalan ala gembel) liburan cuma 4 hari. Biar tambah hemat, tinggalnya juga di rumahnya Tanteku. Lumayan juga menghemat biaya penginapan. Berhubung rumah Tante Q ini (makasih buat Tante Riris yg luar biasa gaul dan baiknya menampung kami, mahasiswa/i yang kere ini), terletak di belakang dermaga, pemandangannnya luar biasa. Bisa dilihat seperti di bawah ini.....




            Kumpul di depan kampus jam 7 pagi. Berhubung budaya ngaret Indonesia yang luar biasa, jadilah kami berngakt menuju terminal Amplas sekitar pukul 8.00. Perjalanan yang makan waktu 1 jam, karena macet. Sampai di terminal ternyata busnya (satu-satunya bus yang nyampe langsung di Simanindo) masih ngetem lagi selama 1 jam. Tau gini, g usah berangkat pagi-pagi banget. Karena bus nya juga udah penuh (akhirnya....), berangkatlah kami menuju Simanindo. Perjalanan makan waktu kuarang lebihh 6 jam. Karena harus menyebrangin Danau Toba lagi dengan kapal Feri. Lagi-lagi kami harus menunggu sekitar 1 -1,5 jam. Karena kebetulan udah siang juga, jadi deh makan siang di sana. Kapal penyebrangan yang dipake buat nyebrang jenis kapal feri yang bisa dimasukkin bus ama mobil-mobil lainnya. Biasa aja sih sebenarnya, tapi nunggunya itu yang luar biasa. Pihak kapal nunggu kapal nya penuh juga. 
             Ada satu hal yang menurut saya menakjubkan waktu nyebrang pake kapal ini. Anak-anak cowo di sana punya pekerjaan lompat ke danau terus ngambilin uang yang sengaja dilempar ke dalam danau sama penumpang kapal. Danau toba itu kan dalam ya, dengan entengnya mereka byar byur aja ke dalam danau, mana kapal lagi jalan lagi. Tapi, luar biasa deh. Badan-badan mereka jadi tegap plus kekar, padahal masih anak-anak loh. Kulit mereka yang berubah jadi gelap justru bikin tambah keren aja.Hahahahahhaha......emang saya jarang ngeliat kayak ginian, jadinya terkesan norak......wkwkwkkwkwkwkw..
            Dan akhirnya tibalah kami di Simanindo. Perjuangan luar biasa menempuh medan yang lama banget, bikin pantat panas. Setelah "cipika-cipiki" ma Tante, berhubung manusia-manusia yang saya ikut sertakan "GILPOT" semua, maka berlarilah kami semua ke dermaga belakang buat menghabiskan jatah memory card camera digital dan hasilnya....JRENG...JRENG...




            Well, itulah hari pertama kami semua di Simanindo, Pulau Samosir. Perjalanan yang melelahkan selama 6 jam, nggak sebanding dengan capeknya berfoto dengan berbagai sudut selama 1 jam lebih. Bayangin betapa narsisnya jiwa-jiwa muda kami ini. Hahahahhaah.....


Kamis, 10 Juni 2010

Adventure in Taman Wisata Iman








Taman Wisata Iman terletak di Kabupaten Dairi, Sidikalang. Tempatnya luaaaasss banget. Tempat ini biasa dijadikan sebagai taman wisata rohani, karena di sini ada tempat-tempat yang mewakili agama-agama yang ada di Indonesia.
Kalau kita masuk dari gerbang depan, akan nampak batu besar bertuliskan kapan dan siapa yang mengesahkan Taman ini...keren juga foto2 disini.

Udara yang sejuk menambah semarak acara foto2 kali ini. ditambah lagi banyaknya pepohonan pinus yang mengelilingi taman ini. Tambah dingin....dan kalau malam ada banyak kunang-kunang yang beterbangan....kelap-kelip cahaya nya, kerennn banget..Secara, di kota nggak ada yang namanya kunang-kunang. Tapi, ada yang bilang kalo ada kunang-kunang berarti daerah tersebut ada "penunggunya". Ntah bener apa nggak, nggak tau juga...

Perjalanan dilanjutkan lebih ke dalam. Di taman ini, ada jalur yang beragama kristen mengikuti mulai dari kelahiran Yesus sampai disalibkan. terdapat 3 buah salib besar di tengah taman ini yang luar biasa kerennn....
Next, ada juga patung Bunda Marianya...Bagus juga jadi background foto....hehehhehehh....
Jadi bagi yang ingin berwisata sambil menambah pengetahuan keagamaannya, Taman Wisata Iman bisa jadi salah satu tempat wisata yang dapat dipertimbangkan. Nggak bakalan rugi ke sini. Selain tempatnya bagus, banyak tempat yang bisa jadi latar belakang bagi yang ingin berfoto-foto ria....^_^



Kayak manusia-manusia narsis di bawah ini....wakakakakkakaka.....keren abbiiissss...



Dan Foto yang paling kereeennn adalahhhhh.............

Selasa, 11 Mei 2010

Adventure in Karing

Petulangan kali ini berlangsung di Sidikalang, tepatnya di Desa Karing. Tim yang terdiri dari 14 orang ni berangkat dari Medan, jam 8 malam. Saatnya beranggkatt...

Berangkat.....


Uaahhh..nyanmpe juga....


Waktunya penanaman....





Asli...Capeeee banget...Makan siang dulu yuk...Lunch Time....



Udah kenyang....udah perut terisi penuh, saatnya penanaman kedua. Kali ini lokasinya nggak jauh-jauh amat. Lumayan dekat, sekitar 15 menit jalan kaki dari lokasi istirahat kami. Hmmm...tapi kayaknya kali ini lebih banyak ajang foto2nya deh...




Akhirnya...kegiatan penanaman kembali di kecamatan Karing ini selesai juga. Tim berhasil menanam kurang lebih 500 bibit dalam satu hari. Mungkin kelihatannya sedikit ya, karena emang 'medan' nya sendiri emang berat. Kemiringan daerah tersebut termasuk curam lah...makanya hanya segitu yang bisa ditanam. Dan sisa bibit yang lain dibagikan ke warga, supaya mereka juga bisa menanam di rumah mereka. Nah, bibit yang dibagi ini, bibit tanaman buah yang masyarakat sekitar juga bisa tanam di halamannya dan bisa nikmatin sendiri juga buahnya nanti. Bahkan, ada anak yang langsung nanam bibit tersebut di halamannya. Jadi terharu banget....Hahahaha...Heeehhh...Sekarang saatnya pulang ke rumah Reymon. Istirahat...capekkkk banget...



Hari yang sangat menyenangkan....Kapan lagi ya...?????^_^

Kamis, 15 April 2010

Kenapa...??

Kalau kita perhatikan sekeliling kita, pasti pernah terlintas pertanyaan "kenapa..??"
Ketika kita mulai mengenal dunia dengan segala isinya pasti kita selalu bertanya, kenapa.
Misalnya ketika kecil pertanyaan kenapa itu pasti pernah terlontar.
"Ma, kenapa sih batu itu keras?".
"Kenapa aku harus pakai baju?".
'Kenapa aku harus makan malam?".
"Kenapa aku harus minum obat ketika sakit?".
"Kenapa aku harus sekolah?."
"Kenapa aku harus jadi orang pintar?"

Semua pertanyaan kenapa akan pasti berputar-putar di kepala kita. Tapi pernahkah kita bertanya "Kenapa aku tidak bisa bersyukur untuk hari ini?"
"Kenapa aku tidak bisa besyukur atas semua yang kumiliki sekarang"
"Kenapa aku tidak tersenyum pada dunia dan mengucapa syukur atas semua karunia dan keindahan yang diberikanNya'.



Seandainya saja satu hal itu saja yang bisa kita lakukan dalam satu hari saja, hidup ini akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Satu hal itu adalah BERSYUKUR..